AUDIT AKTIVA TETAP
1. Berdasarkan
kasus tersebut, bagaimana tindakan auditor jika banyak pihak-pihak yang
terlibat?
2. Bagaimana
cara mengaudit goodwill?
3. Bagaimana
pemeriksaan ICQ & verifikasi saldo aktiva tetap?
4. Apakah
sama prosedur audit terhadap asset tetap milik perusahaan dan asset tetap yang
di leasing?
5. Diasumsikan
terjadi pertukaran asset dengan asset impor antara perusahaan, dimana terjadi
nilai kurs dinaikan sehingga mengakibatkan nilai asset tetap tersebut
meningkat. Bagaimana tindakan auditor terkait dengan kecurangan peningkatan
nilai kurs tersebut?
Jawab:
1. Seharusnya
dalam pertukaran asset tersebut harus ada otorisasi pada setiap perusahaan,
bukan hanya ke2 belah pihak yang menyetujui pertukaran asset tersebut melainkan
harus ada pihak2 lain yang dijadikan saksi. Sebelum melakukan pertukaran asset
tetap tersebut perusahaan harus mendatangkan Jasa Appraisal
untuk mengetahui nilai asset agar tidak terjadi selisih nilai asset yang tinggi
terhadap asset tetap yang dipertukarkan. Meskipun ada selisih nilai asset tetap
yang dipertukarkan tapi dalam konteks wajar bukan dengan nilai yang material.
Karena internal control perusahaan yang kurang baik ,maka auditor dapat
mengkomunikasikan saran dan kelemahan-kelemahan pengendalian internal perusahaan
dengan menggunakan Management Letter seperti harus ada kejelasan prosedur, syarat-syarat
tukar guling asset tetap, melibatkan beberapa pejabat sebagai pengendali dan control yang baik. Untuk kasus ini auditor dapat memberikan pendapat
tidak wajar.
2. Karena pembahasan kelompok kami pada malam ini
tentang Aktiva Tetap Berwujud, untuk goodwill termasuk dalam Aktiva Tetap Tidak
Berwujud dan goodwill ada bab nya sendiri yang akan dibahas pada minggu depan
3. Pemeriksaan ICQ terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan auditor untuk perusahaan yang diaudit. Untuk mengaudit saldo Aktiva
Tetap, auditor dapat mengaudit Akumulasi Penyusutan Aset tetap yang akan
mengurangi saldo Aset Tetap tersebut. Nilai dari Akumulasi Penyusutan auditor
dapat melihat metode penyusutan yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Metode
penyusutan aktiva tetap pada perusahaan harus konsisten dengan periode-periode
sebelumnya. Jika perusahaan ingin mengubah metode penyusutan aktiva tetap,
metode penyusutan tersebut harus meningkatkan arus kas pada perusahaan.
Berikut ICQ untuk asset tetap:
4 Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku repeat engagements (penugasan berulang) sehingga dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa)
Prosedur audit atas aktiva tetap adalah sebagai berikut :
1.
Pelajari
dan evaluasi internal control atas aktiva tetap.dengan ICQ, melihat
flowchart dan narrative.jika internal control perusahaan baik, kemungkinan
lingkup pemeriksaan dapat dipersempit dan sebaliknya.
2.
Minta
kepada klien Top Supporting Schedule aktiva tetap, yang berisikan :
Saldo awal,penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik
untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya. Perusahaan harus melihat
harga perolehan awal asset tetap serta metode penyusutan apa yang digunakan
perusahaan untuk menilai buku asset per tanggal neraca.
3.
Periksa footing
dan crossfootingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau Sub-Ledger,
saldo awal dengan working paper tahun lalu. Footing itu perhitungan vertical
terkait dengan harga perolehan asset dan penyusutan asset tetap pada kertas
kerja sedangkan untuk crossfootingnyalebih kepada
perhitungan horizontal asset tetap.
4.
Vounch penambahan serta pengurangan
dari fixed Assets tersebut. Untuk penambahan kita lihat approvalnya
dan kelengkapan supporting documentnya. Penambahan harus lihat dokumen
pembelian dan bukti hak milik atas asset tersebut,pengurangan asset segala
rekening yang berkaitan dengan asset tetap harus dihapuskan jika ada penjualan
asset tetap sepertti akumulasi penyusutan aktiva tetap,dll selisih harga jual
dengan nilai buku asset harus diakui sebagai keuntungan/kerugian pelepasan
asset tetap.
5.
Periksa phisik dari Fixed Assets tersebut
(dengan cara test basis) dan periksa kondisi dan nomor kode dari Fixed
Assets.Pada saat pemeriksaan ini
ada nomer kode asset tetap yang dcatat oleh perusahaan berdasarkan faktur
pembeliannya. Dan memeriksa keberadaan asset tetap yang merupakan milik
perusahaan
Periksa bukti pemilikan aktiva tetap.
Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat tanah
dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SIPB (Surat Izin Penempatan Bangunan).
Untuk
mobil, motor, periksa BPKP, STNKnya.
8.
Pelajari
dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy
yang dijalankan konsisten dari tahun sebelumnya.. Metode penyusutan aktiva tetap pada perusahaan harus konsisten dengan
periode-periode sebelumnya. Jika perusahaan ingin mengubah metode penyusutan
aktiva tetap, metode penyusutan tersebut harus meningkatkan arus kas pada
perusahaan.
8.
Buat
analisis tentang perkiraan Repair&Maintenance, sehingga kita
dapat mengetahui apakah adapengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok Capital
Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditures.Perusahaan
harus mencadangkan biaya terkait dengan perbaikan dan pemerliharaan asset
tetap.
9.
Periksa
apakah Fixed Assets tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance
Coveragenya cukup atau tidak. Jika terjadi kejadian luar biasa maka resiko
kerugian yang diderita perusahaan dapat diminimalisir karena aset tersebut
sudah diasuransikan.
10.
Test
perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya
penyusutan diperkiraan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya
penyusutan.Misalkan, Peralatan dan gedung ada umur ekonomis yang berbeda dimana
gedung lebih lama dibandingkan dengan peralatan.
11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit,
jawaban konfirmasi dari bank untuk memeriksa apakah ada Fixed Assets dijadikan
sebagai jaminan atau tidak. Jika Asset tetap dijadikan jaminan, maka perusahaan
tidak boleh menjual asset tetap tersebut karena masih dalam jaminan Bank
kecuali dengan sepengetahuan pihak Bank
12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh
perusahaan untuk membeli atau menjual Fixed Assets. Jika perusahaan sudah
berniat untuk menjual asset pada periode tersebut, maka rekening yang berkaitan
dengan asset tetap tersebut harus dihapuskan.
13. Untuk construction in Progress, kita periksa
penambahannya dan apakah ada Construction in progress yang harus di transfer ke
Fixed Assets. Metode penyusutan aktiva tetap terkait dengan jam kerja asset,
jika aset tersebut digunakan konsruksi dalam penyelesaian maka harus ada
pembebanan.
14. Jika ada aktiva tetap yang diperoleh melalui
leasing, periksa leaseagreement dan periksa apakah accounting treatmentnya
sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing. Berdasarkan jenis leasing yang
digunakan oleh perusahaan misalnya perusahaan menggunkan Operational Lease maka
perusahaan tidak perlu mencatat Akumulasi penyusutan aktiva tersebut jika
perusahan melakuka pencatatan maka harus di koreksi karena tidak sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sebaliknya jika dengan
Finance Lease perusahaan harus mencatat depresiasi penyusutan asset tetap,
karena pada akhir masa sewa terjadi perpindahan kepemilikan asset tetap.
15. Periksa atau tanyakan apakah ada aktiva tetap
yang dijadikan agunan kredit di bank.Jika Asset tetap dijadikan agunan kredit,
maka perusahaan tidak boleh menjual asset tetap tersebut karena masih dalam agunan
kredit Bank kecuali dengan sepengetahuan pihak Bank
16. periksa penyajian dalam laporan keuangan,
apakah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia(SAK/ETAP/IFRS).
Jika ada aktiva tetap yang diperoleh melalui
leasing, periksa leaseagreement (terkait jenis leasing, umur ekonomis, masa
sewa, baiay sewa,dll) dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai
dengan standar akuntansi leasing. Berdasarkan jenis leasing yang digunakan oleh
perusahaan misalnya perusahaan menggunkan Operational Lease maka perusahaan
tidak perlu mencatat Akumulasi penyusutan aktiva tersebut jika perusahan
melakuka pencatatan maka harus di koreksi karena tidak sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sebaliknya jika dengan Finance Lease
perusahaan harus mencatat depresiasi penyusutan asset tetap, karena pada akhir
masa sewa terjadi perpindahan kepemilikan asset tetap.
5. Pada
saat terjadi pertukaran asset tetap antara perusahaan, setiap perusahaan
memiliki kwitansi/dokumen. Berdasarkan dokumen tersebut, perusahaan dapat
mengetahui berapa besar nilai setiap asset yang dipertukarkan. Karena asset
tersebut merupakan asset import maka perusahaan harus mengkonverikan rupiah
pada dollar sesuai dengan kurs tengah BI. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh aset dialokasikan kedalam harga perolehan asset tersebut. Jika
terjadi kelebihan dalam pengakuan kurs tengah BI maka perusahaan terkait dapat
melihat faktur pembelian pada tanggal berapa dan sesuaikan dengan kurs pada
saat perolehan. Jika kelebihan pengakuan kurs BI bersifat material maka harus
dikoreksi, agar Laporan Keuangan yang disajikan oleh perusahaan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang belaku umum di Indonesia. Jika perusahaan tidak mau
melakukan koreksi, maka auditor berhak menilai penyajian asset tetap tersebut
tidak wajar. Dalam pemeriksaannya auditor dapat melakukan konfirmasi kepada
pihak yang bersangkutan dalam pertukara asset tersebut, auditor dapat
memberikan konfirmasi berupa surat, email, fax, ataupun via telfon.