Rabu, 18 November 2015

PEMERIKSAAN ASET TETAP

HASIL DISKUSI
AUDIT AKTIVA TETAP
1.      Berdasarkan kasus tersebut, bagaimana tindakan auditor jika banyak pihak-pihak yang terlibat?
2.      Bagaimana cara mengaudit goodwill?
3.      Bagaimana pemeriksaan ICQ & verifikasi saldo aktiva tetap?
4.      Apakah sama prosedur audit terhadap asset tetap milik perusahaan dan asset tetap yang di leasing?
5.      Diasumsikan terjadi pertukaran asset dengan asset impor antara perusahaan, dimana terjadi nilai kurs dinaikan sehingga mengakibatkan nilai asset tetap tersebut meningkat. Bagaimana tindakan auditor terkait dengan kecurangan peningkatan nilai kurs tersebut?
Jawab:
1.      Seharusnya dalam pertukaran asset tersebut harus ada otorisasi pada setiap perusahaan, bukan hanya ke2 belah pihak yang menyetujui pertukaran asset tersebut melainkan harus ada pihak2 lain yang dijadikan saksi. Sebelum melakukan pertukaran asset tetap tersebut perusahaan harus mendatangkan Jasa Appraisal untuk mengetahui nilai asset agar tidak terjadi selisih nilai asset yang tinggi terhadap asset tetap yang dipertukarkan. Meskipun ada selisih nilai asset tetap yang dipertukarkan tapi dalam konteks wajar bukan dengan nilai yang material. Karena internal control perusahaan yang kurang baik ,maka auditor dapat mengkomunikasikan saran dan kelemahan-kelemahan pengendalian internal perusahaan dengan menggunakan Management Letter seperti harus ada kejelasan prosedur, syarat-syarat tukar guling asset tetap, melibatkan beberapa pejabat sebagai pengendali dan control yang baik. Untuk kasus ini auditor dapat memberikan pendapat tidak wajar.
2.      Karena pembahasan kelompok kami pada malam ini tentang Aktiva Tetap Berwujud, untuk goodwill termasuk dalam Aktiva Tetap Tidak Berwujud dan goodwill ada bab nya sendiri yang akan dibahas pada minggu depan
3.      Pemeriksaan ICQ terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan auditor untuk perusahaan yang diaudit. Untuk mengaudit saldo Aktiva Tetap, auditor dapat mengaudit Akumulasi Penyusutan Aset tetap yang akan mengurangi saldo Aset Tetap tersebut. Nilai dari Akumulasi Penyusutan auditor dapat melihat metode penyusutan yang digunakan oleh perusahaan tersebut. Metode penyusutan aktiva tetap pada perusahaan harus konsisten dengan periode-periode sebelumnya. Jika perusahaan ingin mengubah metode penyusutan aktiva tetap, metode penyusutan tersebut harus meningkatkan arus kas pada perusahaan.
Berikut ICQ untuk asset tetap:





4      Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku repeat engagements (penugasan berulang) sehingga dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa)
Prosedur audit atas aktiva tetap adalah sebagai berikut :
1.        Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tetap.dengan ICQ, melihat flowchart dan narrative.jika internal control perusahaan baik, kemungkinan lingkup pemeriksaan dapat dipersempit dan sebaliknya.
2.    Minta kepada klien Top Supporting Schedule aktiva tetap, yang berisikan : Saldo awal,penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutannya. Perusahaan harus melihat harga perolehan awal asset tetap serta metode penyusutan apa yang digunakan perusahaan untuk menilai buku asset per tanggal neraca.
3.    Periksa footing dan crossfootingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau Sub-Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu. Footing itu perhitungan vertical terkait dengan harga perolehan asset dan penyusutan asset tetap pada kertas kerja sedangkan untuk crossfootingnyalebih kepada perhitungan horizontal asset tetap.
4.    Vounch penambahan serta pengurangan dari fixed Assets tersebut. Untuk penambahan kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting documentnya. Penambahan harus lihat dokumen pembelian dan bukti hak milik atas asset tersebut,pengurangan asset segala rekening yang berkaitan dengan asset tetap harus dihapuskan jika ada penjualan asset tetap sepertti akumulasi penyusutan aktiva tetap,dll selisih harga jual dengan nilai buku asset harus diakui sebagai keuntungan/kerugian pelepasan asset tetap.
5.    Periksa phisik dari Fixed Assets tersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi dan nomor kode dari Fixed Assets.Pada saat pemeriksaan ini ada nomer kode asset tetap yang dcatat oleh perusahaan berdasarkan faktur pembeliannya. Dan memeriksa keberadaan asset tetap yang merupakan milik perusahaan
6.                Periksa bukti pemilikan aktiva tetap.
 Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SIPB (Surat Izin Penempatan Bangunan).
Untuk mobil, motor, periksa BPKP, STNKnya.
8.        Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy yang dijalankan konsisten dari tahun sebelumnya.. Metode penyusutan aktiva tetap pada perusahaan harus konsisten dengan periode-periode sebelumnya. Jika perusahaan ingin mengubah metode penyusutan aktiva tetap, metode penyusutan tersebut harus meningkatkan arus kas pada perusahaan.
8.    Buat analisis tentang perkiraan Repair&Maintenance, sehingga kita dapat mengetahui apakah adapengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok Capital Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditures.Perusahaan harus mencadangkan biaya terkait dengan perbaikan dan pemerliharaan asset tetap.
9.    Periksa apakah Fixed Assets tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance Coveragenya cukup atau tidak. Jika terjadi kejadian luar biasa maka resiko kerugian yang diderita perusahaan dapat diminimalisir karena aset tersebut sudah diasuransikan.
10.                        Test perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan diperkiraan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya penyusutan.Misalkan, Peralatan dan gedung ada umur ekonomis yang berbeda dimana gedung lebih lama dibandingkan dengan peralatan.
11.  Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank untuk memeriksa apakah ada Fixed Assets dijadikan sebagai jaminan atau tidak. Jika Asset tetap dijadikan jaminan, maka perusahaan tidak boleh menjual asset tetap tersebut karena masih dalam jaminan Bank kecuali dengan sepengetahuan pihak Bank
12.  Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual Fixed Assets. Jika perusahaan sudah berniat untuk menjual asset pada periode tersebut, maka rekening yang berkaitan dengan asset tetap tersebut harus dihapuskan.
13.  Untuk construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada Construction in progress yang harus di transfer ke Fixed Assets. Metode penyusutan aktiva tetap terkait dengan jam kerja asset, jika aset tersebut digunakan konsruksi dalam penyelesaian maka harus ada pembebanan.
14.  Jika ada aktiva tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa leaseagreement dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing. Berdasarkan jenis leasing yang digunakan oleh perusahaan misalnya perusahaan menggunkan Operational Lease maka perusahaan tidak perlu mencatat Akumulasi penyusutan aktiva tersebut jika perusahan melakuka pencatatan maka harus di koreksi karena tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sebaliknya jika dengan Finance Lease perusahaan harus mencatat depresiasi penyusutan asset tetap, karena pada akhir masa sewa terjadi perpindahan kepemilikan asset tetap.
15.  Periksa atau tanyakan apakah ada aktiva tetap yang dijadikan agunan kredit di bank.Jika Asset tetap dijadikan agunan kredit, maka perusahaan tidak boleh menjual asset tetap tersebut karena masih dalam agunan kredit Bank kecuali dengan sepengetahuan pihak Bank
16.  periksa penyajian dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia(SAK/ETAP/IFRS).

Jika ada aktiva tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa leaseagreement (terkait jenis leasing, umur ekonomis, masa sewa, baiay sewa,dll) dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing. Berdasarkan jenis leasing yang digunakan oleh perusahaan misalnya perusahaan menggunkan Operational Lease maka perusahaan tidak perlu mencatat Akumulasi penyusutan aktiva tersebut jika perusahan melakuka pencatatan maka harus di koreksi karena tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sebaliknya jika dengan Finance Lease perusahaan harus mencatat depresiasi penyusutan asset tetap, karena pada akhir masa sewa terjadi perpindahan kepemilikan asset tetap.

5.      Pada saat terjadi pertukaran asset tetap antara perusahaan, setiap perusahaan memiliki kwitansi/dokumen. Berdasarkan dokumen tersebut, perusahaan dapat mengetahui berapa besar nilai setiap asset yang dipertukarkan. Karena asset tersebut merupakan asset import maka perusahaan harus mengkonverikan rupiah pada dollar sesuai dengan kurs tengah BI. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset dialokasikan kedalam harga perolehan asset tersebut. Jika terjadi kelebihan dalam pengakuan kurs tengah BI maka perusahaan terkait dapat melihat faktur pembelian pada tanggal berapa dan sesuaikan dengan kurs pada saat perolehan. Jika kelebihan pengakuan kurs BI bersifat material maka harus dikoreksi, agar Laporan Keuangan yang disajikan oleh perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang belaku umum di Indonesia. Jika perusahaan tidak mau melakukan koreksi, maka auditor berhak menilai penyajian asset tetap tersebut tidak wajar. Dalam pemeriksaannya auditor dapat melakukan konfirmasi kepada pihak yang bersangkutan dalam pertukara asset tersebut, auditor dapat memberikan konfirmasi berupa surat, email, fax, ataupun via telfon.


Rabu, 04 November 2015

PEMERIKSAAN PERSEDIAAN

HASIL DISKUSI AUDIT II
PEMERIKSAAN PERSEDIAAN
1.       Kendala apa yang di hadapai auditor pada saat memeriksa di bagian gudang?
Prosedur dari pemeriksaan fisik tidak terlaksana, jika Bagian Gudang tidak hadir dlam pemeriksaan, bisa jadi informasinya tidak independen. Contoh lain barangnya rusak/ tidak dipakai bisa jadi itu hal yang bisa memperlambat pemeriksaan persediaan.

2.      Contoh kasus, kan setiap perusahaan memiliki karyawan dengan berbeda job desk nya misalnya ada supplier perusahaan, ia orang yang bertugas membeli persediaan. Perusahaan itu membeli barang import tetapi barang itu adalah barang lokal. Kan kasus ini tidak sesuai dengan dimaksudkan perusahaan. Bagaimana tanggapan dari auditor?
Otomatis, jika bilang pemesanan import dengan lokal, nilai belinya beda. Barang imort pasti lebih mahal daripada barang lokal. Ini bisa jadi indikasi korupsi. Dalam hal ini auditor dapat memberikan opini wajar dengan pengecualian/ tidak memberikan opini. Auditor memperiksa dokumen dan fisik, mana yang bilang barang import dan barang lokal. Pada saat pembelian ada no faktur pembeliaanya, melakukan konfirmasi apakah benar perusahaan tersebut menjual barangnya ke perusahaan yang diaudit.

3.      Perusahaan kan memiliki BB-BDP-BJ, apakah dalam mengauditnya sama prosedurnya? Jelaskan
Perbedaanya jelas difisiknya. Dikelompokkan berdasarkan BB-BDP-BJ. BB masuk ke dalam Bagian Produksi, auditor dapat berhubungan langsung dengan bagian produksi untuk menjadi perhitungannya minta dokumen pada saat perusahaan melakukan produksi. Kalo Barang Jadi, auditor dapat berhubungan langsung dengan Bagian Gudang perusahaan . selisih Antara permintaan BB dan BJ bisa diperhitungan sebagai Barang Dalam Proses.

4.      Dalam pemeriksaan subtantive test yang ke-2 tentang inventory list. Prosedur pemeriksaanya apa aja?
·           Check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian). ƒ
·           Cocokkan “quantity per book” dengan stock card.
·           Cocokkan “quantity per count” dengan “count sheet” kita (auditor). ƒ
·           Cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan.

5.      Bagaimana pengamatan persediaan fisik?
Hanya dihitung sesuai atau tidak

6.      Dalam supervisi test, apa saja contoh kasus yang paling sering terjadi / tidak sesuai dengan auditor?
·         Perbedaan angka, jika membeli persediaan pada saat barang itu lagi dijalan, tidak sesuai pada saat barang itu ada di tangan pihak lain
·         Apakah barang tersebut import atau lokal, manipulasi kualitas barang seperti contoh no 2.

·         Penjualan barang jadi , setiap perusahaan memiliki targetnya , masing-masing dengan memanipulasi penjualan barang jadi dengan menambah nilai penjualan barang jadi.